Hanya mengeluh



Bukannya aku ingin mengeluhkan takdir-Mu, Tuhan. Bukan pula hendak menyalahkan jalan yang Engkau pilihkan. Tapi izinkan aku sebentar saja berkeluh kesah, sebagai hamba-Mu yang masih belajar kuat.

Aku tahu, hidup ini bukan soal siapa yang paling cepat sampai. Bukan pula tentang siapa yang berhasil menggenggam semua yang diinginkan. Aku paham, sungguh paham, bahwa jalan setiap orang tidak pernah sama. Ada yang diberi kemudahan, ada yang diuji berkali-kali. Dan mungkin, aku sedang Engkau titipkan ujian itu.

Tapi tetap saja, Tuhan... rasanya perih.

Ada luka yang tak bisa aku tutupi dengan senyum. Ada lelah yang tak bisa aku sembunyikan di balik kata-kata bijak. Kadang aku merasa tertinggal, bahkan ketika aku sudah berusaha sebaik yang aku bisa. Rasanya seperti berlari tanpa garis akhir, seperti memanggil di tengah sunyi yang tak menjawab.

Bukan aku tak bersyukur. Sungguh, aku mencoba melihat hal-hal kecil yang masih bisa aku peluk dalam syukurku. Nafas yang masih berhembus, langkah yang masih bisa berjalan, dan hati yang meski goyah, tetap berusaha percaya. Tapi aku juga manusia yang punya batas. Yang kadang tak kuasa menahan tangis saat semua terasa terlalu berat untuk dipikul sendiri.

Tuhan, aku tahu Engkau Maha Mendengar. Tapi izinkan aku mengatakannya lagi, karena suara hatiku kadang tenggelam dalam keramaian dunia. Aku ingin engkau tahu betapa kadang aku merasa sendirian di tengah keramaian. Betapa kadang aku merasa kuat di luar, tapi rapuh di dalam. Ada rasa yang tak bisa kujelaskan, seolah ada kekosongan yang terus bertumbuh, meski aku mencoba mengisinya dengan tawa, kesibukan, dan doa-doa yang panjang.

Jika ini adalah bagian dari rencana-Mu, aku akan bertahan. Aku akan mencoba memaknai setiap luka sebagai proses pendewasaan, dan setiap air mata sebagai bagian dari tumbuhku sebagai manusia. Tapi, Tuhan… biarkan aku menangis malam ini. Bukan karena aku tak percaya pada-Mu, melainkan karena aku percaya dan pada siapa lagi aku bisa menggantungkan segalanya, kalau bukan pada-Mu?

Aku hanya ingin engkau tahu, bahwa hamba-Mu ini sedang sangat lelah. Lelah bukan karena tak mau berjuang, tapi karena terlalu lama bertahan dalam diam. Aku hanya ingin merasa bahwa engkau ada. Bahwa engkau melihatku. Bahwa meski tak ada yang bertanya, tak ada yang benar-benar peduli, Engkau tetap hadir di sela-sela doa yang kadang tercekat.

Jika takdir ini memang harus aku jalani, aku akan tetap melangkah. Mungkin perlahan, mungkin tertatih. Tapi aku tidak akan berhenti. Karena aku tahu, Kau tak pernah benar-benar meninggalkan. Aku hanya ingin menangis sejenak, agar esok aku bisa kembali berjalan.

Komentar

Postingan Populer