Filosofi Pohon Tua
Di tengah gemerlap fajar yang memeluk keteduhan senja, di antara hembusan angin yang memainkan serunai kerinduan, terselip kearifan yang merentang dalam keheningan perenungan tentang cinta. Bayangkan, jika kita mampu menelusuri jalinan benang merah yang memintal kisah tentang daun yang merayap dari pangkuan pohon tua yang menjulang megah, kita akan menemukan lapisan makna yang tak tergoyahkan.
Dalam permainan hening, di bawah sinar mentari yang memantulkan sinarnya dengan gemulai, pohon tua menjulang gagah, membawa beban masa lalu dan harapan masa depan. Daun-daunnya, seolah memaparkan kisah hidup yang tak terucap, turun satu per satu, merangkul tanah yang merindukan sentuhan lembutnya. Namun, apakah dalam kepergian itu, ada sesuatu yang terlupakan?
Ketika rindu mengalun dalam serunai hening yang merayap di dalam relung hati yang sunyi, dan kenangan memayungi angan-angan yang terkikis oleh waktu, terdengar bisikan suara yang menari di sepanjang lorong waktu:
"Hidup yang tak pernah merasakan kehilangan, tak akan pernah menggenggam kehadiran yang baru."
Dalam setiap guguran daun, terbentang benang merah tentang kesadaran akan kemuliaan sebuah cinta.
Lalu, bagaimana dengan perihal pohon yang tetap menatap langit biru di tengah kepergian yang tak terhingga? Dalam keberadaannya yang megah, pohon mengajarkan kita tentang keindahan pengorbanan dan ketulusan. Meski daun-daunnya pergi, tak satu pun keberadaannya menjadi sia-sia. Setiap jatuhnya daun, menandai permulaan dari perubahan yang tak terelakkan.
Dan dalam setiap gelombang cinta yang meliuk-liuk, kita diperhadapkan pada pertanyaan tentang makna dari setiap kehilangan. Apakah pohon yang kehilangan daunnya juga kehilangan arti? Tidak, karena ia tetaplah menjadi saksi bisu akan keagungan cinta yang mengalir melalui akarnya. Seperti pohon yang tak pernah pudar keelokannya meski musim berganti, begitu pula cinta yang tetap meliuk dalam setiap kepergian dan kedatangan.
Kita renungi bahwa dalam setiap perpisahan, ada potensi untuk pertumbuhan. Dan dalam setiap kepergian, ada kemungkinan akan kehadiran yang baru yang siap menyapa. Sebab, dalam jeda-jeda hening, di antara pertemuan dan perpisahan, itulah pangkalan di mana cinta sejati menemukan esensi yang abadi
Komentar
Posting Komentar