Berharap pada Manusia : Sebuah Pelajaran tentang Kerapuhan dan Ketulusan
Ternyata benar, berharap kepada manusia hanya membawa kekecewaan yang tak terhindarkan. Meski sering kali kita menaruh harapan besar pada mereka yang kita percayai, pada akhirnya manusia tetaplah makhluk yang terbatas. Dalam kesibukan mereka menjalani hidup, janji yang pernah diucapkan dapat terlupa, perhatian yang dulu dijanjikan dapat memudar, dan kehadiran yang dianggap pasti suatu saat bisa menghilang.
Berharap kepada manusia memang terasa wajar, bahkan alamiah. Kita hidup berdampingan, saling membutuhkan, dan menjalin hubungan yang erat. Dalam proses itu, muncul kepercayaan yang tumbuh menjadi harapan. Harapan bahwa seseorang akan selalu ada untuk mendukung kita, memahami kita, atau membantu kita di saat sulit. Namun, seperti dedaunan yang berguguran dihembus angin, manusia juga punya batasannya. Mereka tak selalu bisa memenuhi ekspektasi yang kita gantungkan.
Dan di sinilah letak pelajarannya. Berharap kepada manusia seharusnya dilakukan dengan hati yang tulus, tanpa menyandarkan segalanya pada mereka.
Sebab, sebagaimana kita, mereka juga memiliki kelemahan. Mereka bisa gagal, lelah, atau bahkan memilih jalan yang berbeda. Ketika kita terlalu berharap, kekecewaan sering kali hadir sebagai akibat.
Namun, bukan berarti kita tidak boleh percaya pada manusia sama sekali. Harapan yang tulus tetap perlu dijaga, hanya saja dengan kesadaran bahwa mereka tidak sempurna. Sebab, pada akhirnya, harapan yang sesungguhnya hanya pantas kita titipkan pada Yang Maha Kuasa. Kepada-Nya, setiap janji adalah kepastian, setiap doa adalah jawaban, dan setiap kebutuhan adalah hal yang pasti dipenuhi dengan cara terbaik.
Berharap kepada manusia adalah pelajaran tentang keseimbangan. Keseimbangan antara percaya pada sesama tanpa menggantungkan segalanya, dan tetap meyakini bahwa harapan sejati hanya ada pada Sang Pencipta. Dari pengalaman ini, kita belajar menerima kerapuhan manusia, sekaligus menguatkan diri untuk bersandar pada kekuatan yang tak pernah ingkar.
Seperti manusia yang sewaktu waktu bisa mengecewakan, demikianlah hidup mengajarkan kita bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai harapan. Tapi, justru dari sana kita menemukan ketulusan untuk memahami, memaafkan, dan mengikhlaskan.
Harapan bukanlah kesalahan, tetapi kita harus tahu kepada siapa ia pantas ditujukan.
Komentar
Posting Komentar