Laksana Langit (Keindahan, Ketentraman, dan Ketidakabadian)

 

Langit selalu menjadi objek yang memukau, tidak peduli siapa pun yang menatapnya. Ia membentang luas tanpa batas, menjadi kanvas alam yang dipenuhi warna biru cerah saat siang dan dihiasi warna keemasan saat senja. Pesona langit tidak hanya hadir dari keindahannya, tetapi juga dari kemampuannya memberikan ketenangan. Saat seseorang memandang ke arahnya, seolah beban pikiran terasa lebih ringan, terhapus oleh kedalaman warna birunya yang teduh. 

Langit juga memberikan rasa nyaman bagi mereka yang membutuhkan kehangatan. Keheningan yang diciptakannya sering kali menjadi penghibur bagi jiwa-jiwa yang terluka. Bagi seorang perenung, langit menjadi tempat melarikan diri dari hiruk-pikuk dunia; bagi seorang pengembara, ia adalah penunjuk arah yang setia. Keberadaannya selalu menenangkan, seperti pelukan lembut dari alam. 

Namun, tidak selamanya langit terlihat cerah dan menenangkan. Seiring waktu, ia pun akan berubah. Ketika awan kelabu mulai berkumpul dan angin bertiup kencang, langit yang tadi cerah berubah menjadi gelap. Dalam keheningan yang berganti dengan suara gemuruh, ia mengingatkan kita bahwa tidak ada yang abadi. Keindahan yang mempesona itu hanya sementara, karena alam memiliki siklusnya sendiri. 

Dan bukankah hal ini sangat mirip dengan kehidupan manusia? 

Setiap manusia, seindah apa pun kehidupannya, secerah apa pun jalannya, pada akhirnya akan pergi ketika waktu telah tiba. Kehidupan kita, seperti langit, tidak hanya tentang kebahagiaan dan kenyamanan, tetapi juga tentang menerima perubahan, termasuk perpisahan.

Namun, sama seperti langit yang kembali cerah setelah badai berlalu, kehidupan juga mengajarkan kita bahwa kehilangan bukanlah akhir. Meski ada kegelapan, ada pula harapan yang menanti. Kita hanya perlu percaya bahwa setiap momen memiliki tempatnya, dan perpisahan adalah bagian dari perjalanan yang tak terhindarkan. 

Langit adalah guru yang diam namun bermakna. Dari keindahannya, kita belajar tentang ketenangan. Dari perubahannya, kita belajar tentang ketidakabadian. Dan dari siklusnya, kita memahami bahwa setiap perubahan, baik indah maupun sulit, adalah bagian dari harmoni besar kehidupan. Seperti manusia yang akan pergi ketika waktu telah tiba, langit mengajarkan kita untuk menerima hidup dengan segala keindahan dan kefanaannya.

Gowa, 1 Desember 2024.

 

Komentar

Postingan Populer